Tekad Putri Bagan Asahan yang Mengabdi di Pulau Pedalaman Papua

Laporan : IBNU PILLIANG-ASAHAN

Zuwidayani Simatupang (foto), putri asal Asahan Mati, Kecamatan Bagan Asahan Kabupaten Asahan kembali berperan membawa nama baik Kabupaten Asahan. Dimana wanita lulusan Sarjana Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Medan (Unimed) ini kini mengabdi mengikuti program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Tertinggal dan Terluar (SM-3T) mengajar di Papua selama satu tahun.

zuwidaZuwida mengaku memilih mengikuti program yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Tinggi (Dikti) ini karena keinginannya untuk merasakan dan mengabdi di daerah yang masih jauh dari sentuhan pendidikan dan teknologi. Setelah mengikuti berbagai ujian dan seleksi serta melengkapi persyaratan akhirnya ia lulus dan diterima untuk mengikuti program mengajar di desa terpencil tepatnya di Provinsi Papua.

“Keinginan saya sudah kuat untuk ikut dan kendala terbesarnya adalah mendapatkan restu dari orang tua, apalagi ketika orang tua mengetahui daerah penempatan saya di Papua yang terkenal dengan daerah konflik dan setelah saya menjelaskan kepada orang tua akhirnya Alhamdulillah akhirnya saya diizinkan” ujar wanita kelahiran bulan Oktober 1991 ini.

Zuwinda ditugaskan ke pelosok timur Indonesia tepatnya di Kabupaten Lanni Jaya Provinsi Papua, Zuwida bersama puluhan rekannya disebar ke berbagai Sekolah Dasar di pelosok Kabupaten tersebut, sesampainya disana dirinya mengaku harus beradaptasi dengan lingkungan dan budaya setempat. Kini ia menyebutkan ini merupakan bulan ke dua untuk masa penempatan pengabdiannya setelah sampai disana pada akhir Agustus lalu.

“Banyak suka dukanya lho bang, pengalaman selama mengajar di SD YPPGI GUA PAKA, kendala yang dihadapi pasti ada diantaranya minta belajar yang minim dan daya tangkap belajar yang masih kurang. Selain itu juga banyak siswa yang jarang masuk ke sekolah dikarenakan harus membantu pekerjaan orang tuanya, di sini siswa kelas 5 SD banyak yang tidak tahu membaca, focus utama yang harus disampaikan dalam belajar adalah baca, tulis dan hitung.

Disini ada juga guru-guru PNS, tapi metode pembelajaran yang mereka terapkan belum maksimal. Insya Allah kehadiran kami disini dapat memberikan warna baru untuk pendidikan anak-anak disekolah ini, dengan materi dan media yang telah kami siapkan, semoga anak-anak disini cepat menangkap apa yang kami sampaikan,” kata Zuwida.

Lebih lanjut Zuwinda menambahkan antusiasi masyarakat setempat dalam menyambut kedatangan mereka ini luar biasa, mereka dianggap sebagai tamu istimewa, program tersebut juga merupakan bentuk kerjasasama dari pemerintah Kabupaten setempat dalam memberantas buta aksara.

“Alhamdulillah masyarakat disini menyambut kami dengan ramah, tidak membedakan agama, suku dan ras mereka seperti menggap kami seperti keluarganya sendiri, senang rasanya bisa bermanfaat ditengah tengah mereka” tutur anak ke dua dari dua bersaudara ini.

Zuwida berharap melalui pengalaman yang diperolehnya mengajar timur Indonesia, dijadikannya pengalaman yang berharga selain itu menjadi kehormatan baginya bisa berbaur dan mengenal secara luas keberagaman suku agama ras di Indonesia lewat pendidikan, selanjutnya ia berkeinginan bisa mengabdi menjadi pengajar di daerah asalnya Bagan Asahan menjadi tenaga pendidik profesional sesuai dengan cita-citanya.