TANAH KARO – SUMBER
Jelang mudik Natal dan Tahun Baru, ancaman macat jalan utama Medan – Berastagi belakangan ini tidak sekedar membuat masyarakat resah. Namun berdampak berkurangnya kunjungan wisatawan ke Karo. Bahkan, kemacetan di jalan yang semakin padat itu mengakibatkan terhambatnya laju perputaran roda perekonomian daerah.
“Longsor maupun pohon tumbang dan akibat laka lantas di Jalan Negara Medan – Berastagi sudah teramat sering terjadi mengakibatkan sejumlah pengusaha bus AKDP merugi,” ungkap mantan anggota DPRD Sumut, Ir. Taufan Agung Ginting MSP kepada wartawan, Jumat (23/12/2016).
Dikatakan, selain ratusan calon penumpang telantar, kerugian yang dialami perusahaan mencapai ratusan juta rupiah per hari. Belum lagi ekspedisi sayur mayur ke pasar induk Medan maupun untuk ekspor ke pelabuhan Belawan, pengusaha rugi miliaran rupiah termasuk pengusaha grosir sembako.
“Demikian juga setiap ada kemacetan di jalan Medan – Berastagi, tiket pesawat hangus sia-sia bagi warga yang mau berpergian ke luar Medan dengan pesawat sudah lama dikeluhkan,” jelas Wakil Ketua PDI Perjuangan Sumatera Utara itu.
Bisa dikatakan, kata dia, jalan Medan – Berastagi sudah darurat macat. Jalan alternatif semakin dibutuhkan atau pembangunan jalan tol (bebas hambatan) Medan – Berastagi yang dikoneksikan dengan Bandar Udara Kuala Namu Internasional Airport (KNIA).
Hal ini, lanjutnya, sekaligus mendukung program Mebidangro (Medan Binjai Deliserdang dan Karo) semakin dibutuhkan untuk mengantisipasi peningkatan padat volume kendaraan dan rawan macet.
“Kondisi jalan saat ini sudah tidak memadai lagi. Jalan padat kendaraan, terutama pada saat akhir pekan dan hari libur besar, bahkan di hari-hari biasa kemacetan jalan sudah menjadi pemandangan biasa,” jelasnya.
Menurutnya, membangun kawasan objek wisata Danau Toba yang menjadi impian dan kebanggaan warga Sumut, harus terlebih dahulu membangun infrastruktur jalan modern maupun jalur-jalur alternatif dari Medan – Berastagi ke Danau Toba.
Disisi lain, Taufan Agung Ginting juga mengkritisi perbaikan yang menelan dana miliaran rupiah, tidak bertahan lama khususnya di Desa Bandar Baru atas. Hal ini diakibatkan menjamurnya bisnis penjualan air di kawasan tersebut mengalir ke badan jalan.
Banyaknya beroperasi kedai kopi tempat pemberhentian mobil dan truk-truk besar yang sekaligus tempat pencucian kendaraan, mengakibatkan limbah pencucian tersebut umumnya terlepas begitu saja ke badan jalan.
“Air yang dijual melalui mobil tanki ke Medan yang bersumber dari pegunungan tersebut juga tidak luput tumpah membasahi badan jalan, sehingga membuat badan jalan semakin cepat rusak,” ungkapnya.
Untuk itu, lanjut Taufan, masyarakat sangat mengharapkan perhatian serius dan tegas dari pemerintah Deliserdang dan Pemprovsu agar segera memperbaiki drainase jalan yang menghubungkan kota Medan dengan kota turis Berastagi tersebut, sebelum kerusakan badan jalan makin parah lagi.
Sementara, solusi mengatasi kemacetan atau ancaman longsor, arus lalu lintas di ruas jalan Medan-Berastagi, perlu disikapi secara bijak oleh Gubernur Sumut maupun DPRD Sumut, termasuk pihak-pihak terkait lainnya, seperti Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah 1 Medan dengan implementasi yang konkrit di lapangan.
Jalur Alternatif Semakin Dibutuhkan
Ir. Taufan Agung Ginting MSP menyebut, guna mengantisipasi macat, jalur alternatif Medan – Berastagi kian terasa semakin dibutuhkan. Seperti jalan tembus Karo – Langkat sekaligus sebagai jalan evakuasi tanggap darurat untuk pengungsi erupsi Gunung Sinabung maupun jalur alternatif lainnya, Deliserdang – Tigapanah (Kabupaten Karo).
Pemkab Karo/DPRD Karo, Pemkab/DPRD Langkat, Pemprovsu/DPRD Sumut, harus bersinergis dan pro aktif menemui Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup maupun kementerian terkait lainnya untuk mengurus izin pinjam pakai kawasan TNGL yang hanya 4 Km.
Padahal, kata dia, sudah banyak anggaran terbuang dalam proyek peningkatan (hotmix) jalan tembus Karo – Langkat tersebut sejak tahun 2000.
Tidak kalah pentingnya jalan alternatif menuju Pasar Tradisional Roga Berastagi perlu segera direalisasikan Pemkab Karo. Jalan alternatif dimaksud adalah akses jalan dari pasar Roga Berastagi yang keluarnya dapat melalui Jalan Udara Berastagi dan Korpri.
“Hal ini penting dilakukan, mengingat pasar tradisional Roga merupakan salah satu pusat transaksi produk hortikultura di Karo dan kemacetan di Letjen Jalan Jamin Ginting Kabanjahe-Berastagi dapat segera diatasi,” tutupnya.
- PARDI SIMALANGO