Oleh : Irwan Gustam (Pengamat Sosial)
Harapan bangsa Indonesia kini dipertaruhkan pada generasi-generasi muda. Revolusi mental pemuda Indonesia masih sangat jauh dari yang diharapkan Percepatan perkembangan zaman merupakan tantangan yang dihadapi generasi muda kini. Apakah akan ikut dalam arus yang akan merusak moral bangsa atau memanfaatkan secara bijak perkembangan zaman kini. Dalam hal ini, pemuda-pemudi Indonesia harus terus kreatif dan inovatif menciptakan karya-karya yang dapat bermanfaat bagi masyarakat dan negara.
Pada kenyataannya kini banyak generasi muda Indonesia yang moralnya ternodai. Teknologi modern kini memungkinkan kita untuk bertukar informasi sangat cepat baik melalui media cetak, media elektronik hingga internet. Informasi berbondong-bondong datang menyerbu ke dalam negeri. Informasi yang masuk terkadang tidak terfilter dengan baik atau tidak dimaknai secara bijak. Informasi yang datang secara masif dan hampir ada di setiap media tentu akan mempengaruhi pemikiran. Dengan demikian, generasi penerus bangsa akan menyukai dan bahkan menirukan sesuai dengan informasi yang telah diterima dari media-media tersebut.
Salah satu contohnya adalah pornografi yang menyebar di internet. Pornografi telah memberikan efek negatif pada kehidupan remaja masa kini. Sangat memungkinkan jika mereka akan menirukan semua informasi yang didapatkan. Dan terlebih keinginan memuaskan hasrat tersebut menyebabkan timbulnya kriminalitas serta merugikan orang lain. Hampir semua usia dapat menikmati pornografi dari internet dan sangat berbahaya bagi generasi penerus bangsa karena banyak dampak negatif yang ditimbulkannya.
Karakter generasi penerus bangsa juga tergerus oleh tren-tren budaya asing. Korean Pop atau yang lebih dikenal sebagai K-Pop telah mempengaruhi pemikiran remaja kini. Mulai dari menyukai lagunya hingga menirukan pakaiannya. Bahkan ada remaja yang rela mengeluarkan uang sekian banyaknya untuk menonton konser-konser dari grup K-Pop tersebut.
Sebenarnya bukan masalah besar jika mereka menyukai budaya tersebut. Akan tetapi bukankah lebih baik kita mencintai budaya bangsa kita sendiri. Budaya yang telah menjadi Identitas bangsa kita. Jangan ketika bangsa lain mengklaim budaya milik kita barulah kita marah-marah.
Dewasa ini semangat pemuda Indonesia seperti mati suri. Hal ini dibenarkan oleh Intelektual muda Nadhlatul Ulama (NU), Abdul Ghopur. Menurutnya, Pemuda Indonesia mengalami krisis kebersamaan. Ada ras tidak percaya kepada siapapun. Hal itu bisa terjadi karena nilai-nilai penjajahan era kolonial masih membekas. “Soekarno bilang revolusi belum selesai, yaitu revolusi mental kolonial yang masih membekas. Watak kolonial ini yang tidak hilang dan masih membekas di anak muda, misalnya korupsi, pertikaian, dan bentrok antar kelompok yang didominasi sering terjadi” ujarnya. Kaum muda kini sangat reaktif dalam menyikapi masalah, namun lupa untuk menyelesaikan akar masalah, memberikan solusi dan berperan aktif dalam solusi tersebut. Hal ini sangat terlihat ketika pemuda yang berasal dari kalangan mahasiswa melakukan demonstrasi tapi jarang memberikan solusi.
Banyak cara untuk mencintai budaya bangsa. Mengamalkan Pancasila adalah salah satu cara mencintai budaya kita sendiri. Saling toleransi, saling menghargai antar masyarakat adat, suku dan agama. Dengan demikian tak akan mungkin adanya konflik konflik berdarah terjadi di seluruh penjuru negeri ini.
Mencintai budaya sendiri juga dapat dilakukan dengan melestarikan budaya budaya lokal. Menggunakan batik, ikut menjaga kelestarian situs bersejarah, meneruskan seni budaya lokal dan memperkenalkannya ke dunia Internasional. Jika kita gencar melakukannya, makan dunia internasional akan mengakui bahwa budaya ini adalah budaya asli Indonesia. Gerakan seperti ini harus di terapkan seluruh pemuda Indonesia sebagai bentuk kontribusinya pada bangsa, sebagai bentuk revolusi mental bangsa Indonesia, sebagai bentuk bela negara penerus bangsa.
Generasi penerus bangsa masih punya harapan yang besar untuk memajukan bangsa. Generasi muda harus terus mengupgrade diri, mengeksplorasi diri seoptimal mungkin. Memon Sumpah Pemuda Nanti harus menjadi momentum bagi pemuda Indonesia untuk melupakan semua bentuk sekat-sekat kedaerahan, agama, etnis dan suku. Pemuda Indonesia harus bersatu, membulatkan tekad untuk memajukan Indonesia. ***