TANAH KARO – SUMBER
Areal pembangunan proyek PLTA yang dikelola PT. Wampu Elektric Power (WEP) di Desa Rih Tengah, Kec. Kutabuluh, Kab. Karo, kembali merenggut korban.
Sebanyak 13 orang pekerja terkena luka bakar diduga akibat sengatan arus listrik bertegangan tinggi, Rabu (24/2/16).
Dari 13 orang korban, 5 orang diantaranya tewas di lokasi kejadian dan 1 orang meninggal dunia saat berada di perjalanan menuju ke RS Efarina Etaham. Sedangkan 6 orang lainnya mengalami luka bakar serius di sekujur tubuh dan langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan. Sementara, 1 orang korban mengalami luka ringan.
Keenam korban tewas diantaranya Hamzah (19) warga Tebing Tinggi, Indra Sanjaya (21) warga Binjai, Anto Cibro (50) warga Sidikalang, Ruben Manurung (50) warga Porsea, Putra alias Ihsan (19) warga Tebing Tinggi dan Jali Mbako (32) warga Sidikalang.
Sementara, korban luka bakar serius diantaranya Sadam (20) dan Doli F. Sialagan alias Panjang (23) keduanya warga Siantar, Erwin Syahputra (31) warga Tanjung Morawa, Didit Pradana (23), Dermansyah (25) dan Mahrizal Yunus (25) ketiganya warga Tebing Tinggi. Sedangkan korban luka ringan yakni Ramadan Berutu (21) warga Desa Rih Tengah.
Keterangan yang diperoleh dari Kasat Reskrim Polres Karo, AKP Martua Manik SH MH menyebutkan, sesuai keterangan mandor PT. PEN Indonesia (perusahaan join PT. WEP), Iwan Ginting (29), peristiwa berawal saat keluarnya asap dari Persion Panel Tunnel (Hawa Udara) sekira pukul 09.00 WIB.
Menurutnya, setelah Iwan melihat kepulan asap itu, ia lantas mematikan mesin genset dan memerintahkan pekerja lainnya untuk melakukan pengecekan. Tak disangka, 8 dari 12 orang pekerja yang keluar dari dalam terowongan telah mengalami luka bakar.
Naasnya, lima orang pekerja lainnya ditemukan telah tewas di dalam terowongan. Seluruh korban akhirnya dievakuasi dari dalam terowongan menggunakan mobil crene dan dibawa ke RS Efarina Etaham Berastagi untuk mendapatkan pertolongan.
“Dari hasil cek TKP di dalam terowongan, penyebab sementara terjadinya kecelakaan akibat korsleting listrik. Kabel listrik diduga masuk ke dalam air yang mengakibatkan korsleting dan adanya semburan api. Para pekerja saat itu sedang mengerjakan pembuatan mall beton untuk menutup terowongan,” jelas Martua.
Menurut keterangan Civil Engineering PT. PEN, Mr. Im Sung Hun di lokasi kejadian ketika dikonfirmasi Kapolres Karo AKBP Viktor Togi Tambunan SIk didampingi sejumlah personilnya mengatakan, peristiwa tersebut terjadi sekira pukul 08.40 WIB.
“Awalnya, ada asap dari genset. Lalu saya suruh matikan genset itu kepada operator. Selang beberapa menit, keluar empat orang pekerja dari terowongan dengan luka bakar dan meminta tolong. Dari situ, saya dan pekerja lainnya langsung turun untuk menolong pekerja lainnya yang masih di dalam terowongan,” ujar Im Sung Hun dengan terbata-bata.
Dikatakan, pekerja terowongan ada sebanyak 17 orang dengan rincian 4 orang berada diatas dan 13 orang dalam terowongan untuk memasang mall beton (persiapan plagging) terowongan. Sementara, lampu di dalam terowongan hanya satu, kabel listrik dipasang di dinding dengan cara dipaku.
“Kondisi di dalam terowongan memang basah. Ada air setinggi lutut orang dewasa. Kami belum tahu apa penyebab kejadian itu. Yang saya tahu, korslet karena ada asap dari kabel genset,” terangnya disela-sela tim identifikasi Polres Karo melakukan olah TKP.
Informasi yang diperoleh dilokasi kejadian, evakuasi jenazah dan korban lainnya hanya bisa dilakukan dengan menggunakan crene dan backet pengangkut sampah. Sebab, lokasi kejadian berada di kemiringan 360 derajat diatas permukaan tanah dengan kedalaman sekitar 40 hingga 46 meter atau sekitar 77 meter dari DAM (bendungan). Sedangkan luas (diameter) terowongan sekitar 4 meter.
“Terowongannya bisa masuk mobil, sekitar segitulah luasnya. Sedangkan ledakan yang terjadi suaranya terdengar hingga 500 meter dari bawah terowongan sampai di atas (permukaan jalan),” papar Danil (29) salah seorang pekerja yang mengaku sebagai operator Genset.
Salah seorang security yang tak ingin namanya juga membenarkan hal tersebut. Menurutnya, peristiwa itu terjadi begitu cepat. Pekerja yang berada diatas terkejut karena beberapa korban dengan luka sengatan di sekujur tubuh muncul dari bawah terowongan. Mereka menaiki anak tangga yang terbuat dari besi untuk meminta pertolongan.
“Dari situlah kami langsung menolong mereka. Kalau gak salah namanya Tommy, salah satu anak korban (Cibro) meminta tolong. Sebab bapaknya salah satu korban, juga merupakan mandor pekerja di terowongan. Semua korban berasal dari luar daerah misalnya Tebing, Sidikalang dan Binjai,” kata dia.
Sementara Direktur PT. PEN ketika hendak dikonfirmasi di ruang kerjanya, tidak bersedia. Sempat terjadi adu mulut antara sejumlah awak media dengan para staffnya yang keseluruhan berwarga negara Korea.
“I, can’t speak Indonesia and English,” cetusnya sembari menyuruh salah satu staffnya asal Indonesia untuk melarang wartawan mengambil gambarnya.
Ia juga menolak saat foto dirinya hendak diabadikan oleh para awak media. “No..no.. Not in Photo,” ujarnya lagi, lantas balik mengambil kameranya dan mengabadikan foto para jurnalis.
-
PARDI SIMALANGO