“Presiden SBY Saja Mau Bermalam Dengan Pengungsi, Mengapa Bupati Karo Tidak?
REPORTER : BARON PURBA – KABANJAHE, TANAH KARO
SUMUTBERITA.com | Kunjungan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disambut meriah oleh masyarakat Kabupaten Karo, Kamis (23/1). Sambutan tersebut juga tidak terlepas dari para pengungsi yang turut antusias dan diliputi rasa haru saat menyaksikan kedatangan RI – I beserta rombongan yang tiba di tengah-tengah mereka.
Kerumunan masyarakat, khususnya pengungsi yang berbondong-bondong dengan penjagaan ketat aparat keamanan, seolah membuat pengungsi lupa bahwa saat ini mereka berada di posko pengungsian.
Menurut pengungsi, Riani br Tarigan (40) dan Elita br Tarigan (42), warga Desa Sukanalu Teran, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo, di posko pengungsi GBKP Jalan Rakoetta Brahmana (eks Jalan Kotacane), mereka merasa turut bahagia dan merasa senang atas kunjungan presiden untuk melihat kondisi mereka.
“Bukti kerinduan masyarakat akan datangnya presiden ditunjukkan saat tibanya bapak Presiden SBY di Tanah Karo ini. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada bapak SBY atas kesediaannya untuk menyempatkan diri melihat kondisi kami yang telah berbulan-bulan berada di posko ini,” ujar pengungsi, Riani br Tarigan diamini Elita br Tarigan.
Dalam kesempatan kedatangan orang nomor satu di Indonesia ini, katanya, mereka berharap kiranya bapak SBY dapat menjadikan bencana erupsi Sinabung menjadi bencana Nasional. Harapan itu dikatakannya bukan tanpa alasan. Pasalnya, mereka menganggap bupati Karo, DR (HC) Kena Ukur Karo Jambi Surbakti tidak peduli terhadap kondisi mereka dipengungsian. Terlebih, pengungsi lebih banyak ditangani oleh pihak lembaga keagamaan.
“Kami harap bapak Presiden SBY mengetahui kinerja Pemkab Karo yang dipimpin bapak Bupati Karo, yang selama ini tidak pernah memperhatikan nasib kami di pengungsian ini. Saya pribadi pengungsi yang ada di GBKP Jalan Kotacane, setelah dua bulan lebih saya berada disini, sekalipun bapak Bupati tidak pernah melihat kondisi kami kemari. Kalau memang bapak bupati tidak mampu menangani kami, kami minta kepada bapak Presiden SBY agar bencana ini dijadikan sebagai bencana nasional,” keluh mereka.
Sebelumnya, saat persiapan kunjungan Presiden SBY ke Tanah Karo, katanya, mereka merasa miris saat mendengar opini bahwa kunjungan presiden ini hanya untuk menghambur-hamburkan uang. Dikatakannya, menurut informasi yang ia dengar, dana untuk pengadaan tenda yang akan digunakan presiden bermalam di posko pengungsi Paroki Gereja Katolik, Jalan Irian Kabanjahe berdana Rp 15 miliar yang dilengkapi dengan fasilitas mewah.
“Kami menganggap tudingan kepada bapak Presiden SBY yang hanya menghambur-hamburkan uang dalam kunjungannya ke Tanah Karo ingin menjatuhkan citra bapak SBY. Ini ulah orang yang tidak bertanggung jawab. Padahal, kita sama-sama melihat bahwa tenda yang digunakan oleh bapak Presiden adalah tenda milik BNPB, kan ada tulisannya disitu,” ujar mereka.
Disamping itu, lanjutnya, kunjungan Presiden RI ke Tanah Karo akan berdampak positif, karena bencana Sinabung menjadi sorotan Nasional yang disaksikan berbagai pihak di penjuru negeri, sehingga bantuan kepada para pengungsi lebih banyak lagi mengucur ke Kabupaten Karo.
“Menangani masalah pengungsi saja tidak mampu, bagaimana Bupati Karo bisa menangani seluruh masyarakat Karo yang jumlahnya jauh lebih banyak. Oleh karena itu, kami harap agar bapak Presiden SBY mendukung hasil keputusan rapat paripurna DPRD Karo tentang pemakzulan bupati Karo yang sudah diajukan ke MA dan saat ini sedang di proses,” harapnya.
Terpisah, salah sorang pengungsi, Herudin Sembiring (24) warga Desa Payung, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, yang mengungsi di posko Desa Lau Gumba, Berastagi, Jumat (24/1), mengatakan, mereka mewakili pengungsi sangat mengutuk keras tindakan Bupati Karo (DR) HC Kena Ukur Karo Jambi Surbakti yang dianggap tidak peduli korban erupsi Sinabung.
“Presiden SBY saja mau bermalam dengan para pengungsi, mengapa Bupati Karo tidak?. Sebelumnya juga, bapak Dahlan Iskan (meneg BUMN-red) juga melakukan hal serupa di posko Jambur Taras Berastagi. Kalau bupati kita ini, jangankan bermalam dengan kami pengungsi, untuk melihat kami saja bapak Bupati tidak mau, padahal bupati jelas-jelas putra Karo. Pak SBY lebih prihatin kepada kami ketimbang pak Bupati,” ujar Sembiring.
Disamping itu, lanjutnya, menurut pantauannya selama ini di posko yang didiaminya tidak pernah mendapatkan kucuran bantuan dari pihak Pemkab Karo untuk kebutuhan mereka, melainkan dibantu oleh pihak Gereja GBKP, Gereja Katolik, pihak Masjid serta donatur yang langsung memberikan bantuannya ke posko mereka.
Menurutnya, sebelumnya pihaknya sudah pernah mengajukan ke Pemkab Karo mengenai segala bentuk kebutuhan mereka, namun sampai saat ini belum juga ditangapi pihak pemerintah. “Jangankan bantuan, cabai 4 kilo saja sangat sulit memintanya kepada pihak Pemkab. Malah, sewaktu mengungsi saja kami mengungsi secara sendiri sendiri tanpa adanya campur tangan dari pihak Pemkab Karo. Kami semua terkatung-katung,” ujarnya.