TANAH KARO – SUMBER
Meski masih dirundung duka dalam bencana erupsi gunung Sinabung yang berkepanjangan, lak lantas membuat semangat anak-anak pelajar pengungsi, pudar. Kondisi ekonomi orang tua mereka yang sangat sulit setelah lahan pertanian mereka ‘diporakporandakan’ debu vulkanik, tak membuat mereka menyerah demi cita-cita.
Salah seorang pengungsi asal Desa Sukanalu Teran, S br Karo (44) yang ditemui SUMBER belum lama ini mengaku masih sangat mengharapkan dana bantuan beasiswa dapat mereka peroleh demi kelangsungan pendidikan anak-anak mereka. Dikatakan, hingga kini, dana bantuan yang mereka harapkan itu tak juga dikucurkan oleh pemerintah.
“Perlu ada kepastian dari Pemerintah, karena kami warga pengungsi sedang dalam situasi yang sangat sulit. Dimana, kami telah kehilangan mata pencaharian dari bertani akibat erupsi Sinabung. Bagaimana mencari biaya sekolah anak, karena kami tidak bisa beraktivitas ke ladang akibat mengungsi,” harapnya.
Dikatakan, sehari-hari mereka hanya bisa kerja upahan di ladang orang untuk membantu biaya sekolah anak-anak mereka dan itu juga tidak mencukupi. “Saya mempunyai 2 anak kuliah di Perguruan Tinggi Swasta Medan, 1 orang SMA dan 1 lagi SD. Tentu biaya mereka cukup banyak, sedangkan kami tidak bisa berladang karena mengungsi,” kata dia.
Sepengetahuannya, pihak Pemerintah pernah memberikan bantuan beasiswa bagi anak sekolah pengungsi Sinabung sebayak satu kali. Dimana saat itu, murid SD menerima sekitar Rp1 juta, SMP Rp1,5 juta dan SMA Rp2 juta, yang disalurkan melalui Bank BNI Kabanjahe.
“Mulai itu anak kami tidak lagi pernah menerima bantuan beasiswa dari Pemerintah. Untuk itu, Pemerintah sebaiknya lebih serius memperhatikan atau memberikan bantuan biaya sekolah bagi pengungsi Sinabung. Kalau tidak, anak kami akan terancam putus sekolah karena faktor biaya tidak ada,” katanya.
Hal senada diutarakan pengungsi lainnya, M. Ginting (48). Menurutnya, Pemerintah harus serius memikirkan kelanjutan pendidikan anak pengungsi, terutama biaya sekolah anak. “Kami rata-rata telah kehilangan mata pencaharian bertani. Kami harus meninggalkan desa, sebagian harta, rumah, untuk menyelamatkan jiwa,” lirihnya.
Apalagi saat ini, lanjutnya, ia mempunyai 4 orang anak yang sedang sekolah. 2 orang SD, 1 SMP dan 1 kuliah di Perguruan Tinggi Negeri Bengkulu. “Mencari biaya sekolah keempat anakku cukup sulit dan memerlukan biaya yang cukup besar. Bantuan beasiswa dari Pemerintah baru sekali kami diterima,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Karo, Saroha Ginting S.Pd melalui Kabid Dikmen Drs. Abdi S Muham kepada SUMBER meminta agar hal itu ditanyakan langsung ke sekolah dimana para pelajar pengungsi menuntut ilmu. “Tanya aja ke sekolah dimana murid itu bersekolah, biar tau apa kendalanya,” kata Abdi.
- BARON