LANGKAT-SUMBER
Tragis benar nasib yang dialami Diki Wahyudi Alias Yudi (14), siswa kelas 3 SMP YPII Tanjung Pura ini harus menjalani perawatan intensif di RSUD Tanjung Pura akibat dianiaya oleh 4 orang warga lingkungan VI, Kelurahan Pekan Tanjung Pura. Anak ke-4 dari 5 bersaudara buah perkawinan Iwan dan Masitah Nst warga jalan Pemuda Kelurahan Pekan Tanjung Pura, Kab.Langkat ini terbujur lemah di ruangan Kasturi RSUD Tanjung Pura. Sekujur tubuh siswa kelas 3 di SMP Swasta YPII Tanjung Pura ini penuh luka dan memar akibat pukulan benda tumpul bahkan sayatan kaca.
Penganiayaan ini terjadi pada hari Minggu (5/10) sekira pukul 14.00 WIB, bertempat di Jl. Musyawarah Lingk. VI, Kelurahan Pekan Tanjung Pura. Berawal saat Yudi dan kedua temanya ingin mengambil pulut manis dirumah teman mereka. Sampai disana, salah seorang teman Yudi berinisial Aam(14) iseng melempar seekor ayam. Mendengar ayam dilempar, pemilik ayam bernama Pak Burhan Alias Boan (50) datang menghampiri Yudi dan kedua rekannya dengan membawah sebilah parang.
Mungkin melihat parang digenggaman tangan Pak Boan yang mendatangi
mereka, kedua teman Yudi akhirnya melarikan diri. Sedangkan Yudi yang
merasa merasa tidak bersalah tetap ditempat. “Tapi ternyata yang mendatangi aku bukan cuma Pak Boan, tapi mereka berempat dan mengepungku sehingga akhirnya aku mencoba menghindar dan masuk kedalam kolam bang”, kata Yudi dengan suara parau ketika ditemui Wartawan, Senin (6/10) di RSUD Tanjung Pura.
Ditambahkan Yudi, kemudian Pak Boan beserta anaknya bernama Fachri (23) dan 2 orang temannya bernama Iwan (49) dan Irfan (37) menarik rambut Yudi lalu mengangkatnya dari kolam. Saat itu, Yudi berfikiran bahwa ke-4 orang orang tersebut sengaja mengangkatnya ke permukaan agar tidak tenggelam. Pikiran positif ini ternyata keliru, Yudi diangkat dari air ternyata untuk dianiaya.
“Saat diangkat itulah bang sejumlah pukulan mendarat ditubuh ku, dikepala, punggung dan kupingku. Mereka memukuliku dengan kayu, batu, bahkan menggores punggungku dengan kaca. Tidak hanya itu, kemudian mereka kembali merendam tubuhku kedalam kolam. Usai merendamkan aku, mereka kembali mengangkat tubuhku lalu dengan mempergunakan tali pinggang aku diikat dipohon dan didepan masyarakat aku kembali dipukuli, ” ungkap Diki Wahyudi sambil menitikkan airmata.
Untunglah sekira pukul 13.00 WIB, warga disana datang dan melepaskan Yudi walau masih mendapat halangan dari para pelaku. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan kru koran ini, tidak lama berselang anggiota Polsek Tanjung Pura datang ke lokasi dan membawa Yudi dalam keadaan koma ke RSUD Tanjung Pura. Sore itu juga Masitah membuat laporan pengaduan di Polsek Tanjung Pura.
Sementara itu, Ibu korban Masitah Nst (45) yang mendampingi putrinya di RSUD Tanjung Pura kepada Wartawan mengaku tidak mengerti mengapa anaknya sampai diperlakukan seperti itu. “Aku gak nyangka bang anak ku diperlakukan seperti binatang, mereka tidak punya prikemanusian, seolah-olah anakku penjahat besar. Aku berharap kepada penegak hukum untuk segera menahan pelaku pemukulan anakku dan mendapatkan hukuman setimpal dengan perbuatanya”, katanya berharap.
Ketua Umum Lembaga Advokasi Perempuan dan Anak Sumatera (LAPAS), Togar Lubis, S.H, M.H, yang juga membesuk korban di RSUD Tanjung Pura mengaku sangat prihatin melihat kondisi korban. Togar Lubis juga menyayangkan terus terjadinya kasus serupa di Kabupaten Langkat yang sejak 3 tahun lalu dicanangkan sebagai Kabupaten Percepatan Layak Anak (KLA).
“Program Langkat sebagai Kabupaten Layak Anak terkesan sudah mati suri saat ini. Sejumlah SKPD terkait yang ikut serta dalam gugus tugas Kabupaten layak anak juga seakan hanya formalitas belaka.
Anggaran yang dialokasikan di masing-masing SKPD untuk mensukseskan program mulia tersebut juga dicurigai hanya menjadi komoditi korupsi para pengelolanya”, beber aktivis penggiat anti korupsi dan perlindungan anak ini.
Ditambahkan oleh Togar Lubis, LAPAS juga sangat menyesalkan sikap penyidik Polsek Tanjung Pura yang tidak mempergunakan kewenangan yang diberikan oleh negara untuk mengamankan para pelaku selama 24 jam dan dikhawatirkan para pelaku akan melarikan diri.
“Penegakan hukum khususnya penanganan perkara anak di Langkat yang dilakukan oleh Polres Langkat dan jajarannya terkesan aneh. Jika anak sebagai pelaku, misal pelaku pencurian sawit khususnya milik pengusaha Perkebunana maka Penyidik dengan agresifnya langsung melakukan penangkapan dan penahanan . Namun ketika anak menjadi korban tindak pidana, polisi terkesan adem-adem saja,” celoteh Togar Lubis geram. (SB 03)