Ditemukan Dua Lobang di Dada, Amirson Sitepu Ditembak Polisi?

TANAH KARO – SUMBER
Kondisi jasad korban yang membusuk saat ditemukan mengapung di sungai Lau Gunung. SUMBER/pardi simalango
Kondisi jasad korban yang membusuk saat ditemukan mengapung di sungai Lau Gunung. SUMBER/pardi simalango

Pasca ditemukan tewas di aliran sungai Lau Gunung, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, Senin (02/05/2016) lalu, kematian Amirson Sitepu (35) warga Desa Kutambaru Punti, Kecamatan Tiga Binanga (bukan warga Desa Kutambelin-red), kini menjadi misteri.

Pihak keluarga menilai, kematian Amirson Sitepu diduga akibat ditembak oleh polisi. Hal itu terlihat dari adanya dua buah lobang di dada korban diduga kuat bekas tembakan, saat dibawa ke RS Bhayangkara Medan untuk dilakukan autopsi.

“Dugaan kami dia mati karena ditembak polisi. Ada dua lobang didadanya diduga bekas tembakan pistol. Kasus ini juga sudah kami laporkan ke Polres Karo,” ujar ayah kandung korban, Keleng Sitepu (61) kepada sejumlah wartawan di Kabanjahe.

Dikatakan, kasus tersebut telah dilaporkan pihaknya ke Mapolres Karo, Selasa (03/05/2016) sepulang dari RS Bhayangkara Medan sehari setelah penemuan jasad putranya. Kasus tersebut tertuang dalam bukti laporan Nomor : STPL/390/V/2016/SU/RES T.KARO.

“Kami baru tau anakku hilang setelah diberitahu oleh beberapa warga kepada istrinya. Mereka bilang, anakku hilang di sungai itu setelah dikejar-kejar anggota Polsek Tiga Binanga di Desa Kuala, karena dilaporkan oleh warga masalah narkoba,” tutur Keleng.

Lebih lanjut dikatakan, saat itu polisi juga sempat mengamankan dua orang warga dan akhirnya dilepas kembali karena tidak memiliki bukti kuat untuk ditahan. Meski demikian, sepeda motor jenis Yamaha Scorpio milik korban diamankan polisi ke Mapolsek Tiga Binanga.

“Kami keluarga sangat bingung, kenapa sepeda motornya diamankan? Kami berharap kasus ini diusut tuntas, sebab kematiannya tidak wajar. Kami mengenali jasad anakku karena ada tanda-tanda ditubuhnya,” jelas Keleng.

Menurutnya, pihaknya juga tidak yakin jika korban tersangkut kasus narkotika. Sebab, kata dia, korban selama ini bekerja sebagai petani. “Dia setiap hari bertani. Kadang-kadang dia membawa mobil abangnya untuk mengangkut jagung dari ladang di Desa Kuta Bangun. Kalau katanya masalah narkoba, kami keluarga tidak yakin,” kata dia.

Seperti diketahui, jasad ayah tiga orang anak ini pagi itu ditemukan mengapung di aliran sungai dalam kondisi membusuk dengan posisi telungkup dan tidak mengenakan pakaian.

Setelah sempat dinyatakan hilang sejak tanggal 15 April 2016 lalu, jasad korban akhirnya ditemukan 17 hari kemudian oleh salah seorang warga saat melewati pinggiran sungai. Korban diketahui hilang setelah dikejar-kejar sejumlah personel Polsek Tiga Binanga di Desa Kuala.

Pengejaran itu dilakukan polisi usai menerima informasi dari warga yang menyebut ada beberapa orang laki-laki hendak melakukan transaksi sabu di dekat salah satu rumah warga di desa itu. Sejumlah personil polisi yang saat itu dipimpin oleh Kapolsek Tiga Binanga AKP JM Tarigan selanjutnya menuju ke lokasi.

Menurutnya AKP JM Tarigan sebelumnya, saat itu ia melihat lima orang laki-laki berada di lokasi. Korban yang saat itu bersama dua orang temannya yang identitasnya belum diketahui, sontak terkejut dan tiba-tiba berpencar melarikan diri usai mengetahui kehadiran polisi.

“Korban saat itu melompat ke dalam sungai. Dua orang temannya juga berhasil lolos. Sedangkan dua orang lainnya tetap berada di tempat dan tidak melarikan diri. Saat digeledah, kita tidak menemukan narkoba dari kedua orang itu,” jelas Tarigan.

Ia berkilah, tewasnya korban di dalam sungai karena tidak bisa berenang. “Mungkin dia tidak pandai berenang, sehingga terseret arus sungai dan akhirnya meninggal. Kedua temannya juga tidak kita ketahui keberadaannya,” dalihnya.

  • PARDI SIMALANGO