LAPORAN : FERRI – KUTALIMBARU
Seakan tak percaya bila kita mendengar guru bergaji Rp 5 Ribu. Namun hal itulah yang terjadi di tempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ersada di Desa Sukamakmur, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. Tiga orang guru setiap bulannya hanya bergaji Rp 110 Ribu perorang. Gaji tersebut berasal dari orangtua untuk sebelas murid yang setiap bulannya membayar Rp 30 Ribu perorang.
PAUD Ersada yang berlokasi di Dusun VIII Rumah Mbacang, Desa Sukamakmur itu kondisinya juga memprihatinkan. Proses belajar mengajar dilangsungkan di sebuah bangunan rumah semi permanen dengan papan tulis yang usang. Teras bangunan juga menyedihkan dengan dinding tepas yang sudah keropos.
Ketika bangunan PUAD milik Desa tersebut disambangi kru SUMUTBERITA.com, Selasa (13/11) sekira pukul 10.00 wib, tampak dua orang wanita berusia muda di dalam ruangan tengah mendidik anak-anak usia dini ini. Yang satu bernama Marina br Ginting (35) mengaku sebagai wakil kepala sekolah di tempat itu. Yang satunya lagi mengaku bernama Darni br Surbakti selaku bendahara PAUD Ersada. Mereka juga yang bertindak sebagai guru di tempat itu.
Kedua orang pengelola PAUD tersebut menyatakan, pada awalnya PAUD berdiri di Dusun IX Sikabung-kabung. Tapi disana hanya bertahan setahun saja. Karena tak ada muridnya, PAUD dipindahkan ke Dusun VIII Rumah Mbacang. Di Dusun Rumah Mbacang, status bangunan adalah pinjam selama dua tahun tanpa dikenakan sewa bangunan.
Untuk tahun pertama, Pemkab Deli Serdang masih memberikan bantuan untuk pengadaan makanan tambahan sebesar 150 Ribu dan untuk guru sebesar Rp 250 Ribu perorang setiap bulan. “Mulai tahun kedua, bantuan dari pemerintah sama sekali tidak ada lagi, kecuali berasal dari uang sekolah murid Rp 30 Ribu perorang setiap bulannya yang kesemuanya berjumlah Rp 330 Ribu lalu dibagi tiga,” ucap Marina br Ginting.
Dari Rp 330 Ribu dibagi tiga untuk satu bulannya, apa cukup..?. Dengan mata berkaca-kaca, Marina menjawab, suami-suami mereka sebenarnya keberatan kalau istrinya mengajar murid PAUD dengan hanya bergajikan Rp 110 Ribu sebulan. Bahkan suami saya yang keberatan dengan pekerjaan saya yang hanya bergaji Rp 5 Ribu sehari ini, sudah berulang kali melarang saya mengajar di tempat ini dan sempat menimbulkan pertengkaran. Namun karena kami belum tahu ke depannya dan masih berharap kepada pemerintah untuk memperhatikan nasip guru PAUD, sehingga kami masih tetap mempertahankannya mengajar dengan penuh semangat, walau terkadang anak-anak PAUD dan TK dipindahkan dan disatukan ke tempat lain kalau turun hujan dan ruangan basah akibat atap bangunan bocor,” aku Marina yang diamini Darni br Surbakti.
Alat mainan anak-anak di PAUD Ersada Dusun VIII Rumah Mbacang juga sangat memprihatinkan. Ayunan yang dipasang di halaman sekolah sudah pernah ambil korban. Pernah anak didik terjatuh dari tempat itu hingga mengalami luka dan berdarah sehingga harus dibawa berobat ke salah satu klinik. “Dua buah drum bekas yang berkarat dipergunakan sebagai terowongan tempat bermain anak-anak. Selain sudah berkarat dan dapat berakibat luka anak-anak, bermain pada drum itu sudah pernah mengakibatkan anak-anak mengalami kecelakaan,” kata kedua pendidik tersebut.
Dua buah alat perosotan untuk tempat bermain anak-anak, kondisinya juga cukup menyedihkan. Tapi begitulah dipergunakan anak-anak karena tidak ada pilihan lain. Semua peralatan tersebut tidak ubahnya sisa-sisa dari bencana alam, karena sebenarnya sudah tidak layak lagi untuk dipakai. Tapi begitulah keadaan PAUD Ersada yang berlokasi di Desa terpencil itu.