ASAHAN-SUMBER
Indiriani, (7) bocah belia yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) tampak tabah menghadapi kesulitan ekonomi dari orang tuanya. Dengan bermodalkan makuk dan cangkul, bocah kelas 1 SD ini bekerja keras untuk membantu orang tuanya sekaligus untuk membiayai sekolahnya.
Hal ini terlihat ketika kru SUMBER saat melintas di jalan yang menghubungkan Desa Bandar Pulau Pekan dengan Desa Gonting Malaha. Saat itu, Indriani terlihat menimbun ruas jalan yang berlubang dengan tanah yang diambilnya dari parit disamping jalan tersebut.
Atas tenaganya, bocah yang seharusnya bermain dengan teman-teman sebayanya itu meminta imbalan uang kepada pengguna jalan yang berbaik hati padanya. Dia tidak memaksa pengguna jalan, jika tidak diberipun bocah ini terlihat tetap tersenyum.
Indriani mengumpulkan uang receh ditengah deru knalpot asap dan debu yang berterbangan dari kendaraan yang melintasinya. Tempat bocah ini bekerja merupakan jalan yang kondisinya cukup parah sehingga sangat sulit dilalui kendaraan bermotor baik roda 4 maupun roda dua. Indriani melemparkan tanah-tanah yang digali dari tangan kecilnya kearah lubang-lubang di jalan. Sementara pengguna jalan yang merasa iba berhenti dan memberikan recehan kedalam mangkuk yang diletakkannya disamping jalan.
Putri dari Nuraisyah penduduk Dusun 3 Desa Bandar Pulau Kecamatan Bandar Pulau ini melakukan pekerjaan menimbun jalan ini setelah dirinya pulang dari sekolah mulai pukul 13.00 Wib hingga pukul 16.00 Wib. Dia mengabaikan teriknya matahari dan guyuran hujan demi mendapatkan uang yang tidak didapatinya dari ibunya, karena dirinya merupakan anak yatim.
Ketika ditemui, Senin (29/9) gadis kecil ini mengaku penghasilannya lumayan, dia dapat memperoleh uang Rp. 30 ribu perhari dari para pengguna jalan yang bersimpatik kepadanya.
“Lumayan pak, bisa bantu-bantu emak, ya kalau pak Camat yang lewat saya sering dikasih Rp. 5 hingga 10 ribu dan kalau dikumpul-kumpul dari yang lainnya terkadang bisa dapat Rp 30 hingga 50 ribu, uang tersebut sebagian untuk jajan dan sebagian untuk bantu mamak dan sekolah, kasihan mamak pak kerja sendirian untuk membiayai kami” ujar bocah ini dengan polosnya.
Indriani merupakan satu dari jutaan anak di Tanah Air yang terampas keceriaan masa kanak-kanaknya lantaran faktor ekonomi. Dia tak sempat bermain dengan teman sebayanya selayaknya anak-anak, di usia belianya bocah ini harus memikul beban yang sebenarnya belum harus menjadi tanggung jawabnya.
Bocah ini adalah bukti kesejahteraan yang memang belum merata di negeri yang menjadikan Keadilan Sosial sebagai dasar bernegara ini. Fakta bahwa kekayaan alam yang melimpah baru terdistribusi kepada sedikit orang.
Realita yang terlihat bahwa pembangunan kita sesungguhnya belum merata, dimana masih ada saja bocah yang harus ikut membanting tulang demi memenuhi kebutuhan ekonomi. (SB 47)