LAPORAN : BAMBANG FRANSISCO – TANAH KARO
SUMUTBERITA.com | Rejeki dibalik bencana, tengah dirasakan warga korban erupsi Gunung Sinabung. Bongkahan abu vulkanik yang menutupi wilayah perkampungan sekitar Sinabung dikumpulkan oleh warga dan dijual untuk dijadikan pupuk. Seperti yang terlihat di sepanjang jalan mulai dari desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat sampai desa Payung Kecamatan Payung. Tampak karung goni berisi abu vulkanik berjejer di sepanjang jalan menunggu pembeli.
Salah seorang warga desa Berastepu Imanuel (25) yang sedang mengumpulkan abu vulkanik di pinggiran jalan di desa Payung menuturkan 1 karung goni abu vulkanik seberat 50 kg dijual seharga Rp.5000.
“lumayan lah bang duitnya untuk menyambung hidup, karena lahan pertanian mata pencarian satu-satunya saat ini hancur karena abu vulkanik”tuturnya Sabtu (22/2) sekira jam 15.15 Wib.
Hal senada juga diutarakan Andi (30) warga desa payung, menurut Andi sehari dia bisa mengumpulkan 30 karung goni abu vulkanik per hari yang akan dibeli oleh agen dari Pekan Baru dan selanjutnya diolah menjadi pupuk untuk tanaman keras seperti sawit.
“ada nanti yang beli bang pake truk dia datang, katanya buat dibawa ke Pekan Baru buat sawit ganti dolomit”jelasnya yang sudah melakukan kegiatan ini selama 3 hari.
Tambahnya lagi Andi mengaku pendapatan yang didapat dari penjualan abu vulkanik ini dibuat untuk menyambung hidup, karena pasca dia dan keluarga tidak tinggal lagi dipengungsian, karena sudah diperbolehkan pulang Andi mengaku tidak tahu harus berbuat apa.
“mau kemana kami bang, ke ladang masih debu semua, sementara bantuan uang yang diberikan pemerintah saat dipengungsian, paling hanya bertahan seminggu”keluhnya.
Kondisi yang tak jauh berbeda juga diutarakan oleh Bangun (45) warga Rimo Kayu Kecamatan Payung, menurutnya pasca pemulangan mereka dari pengungsian kehidupan mereka tidak lebih baik. Bagaimana tidak setelah 4 hari kembali ke desa, mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena abu vulkanik masih menyebar dimana-mana.
“uang tak ada, atap rumah banyak yang bocor sementara mata pencarian kami mati total, kalau di pengusian bosan, kalau pulang ke desa bosan”jelas Bangun.
Bangun dan beberapa warga desa yang duduk bersama Bangun di sebuah warung kopi di desa Rimo Kayu siang hari itu sangat mengharapkan bantuan pemerintah, salah satu yang paling mendesak adalah pemutihan tagihan iuran listrik, yang sudah tertunggak sekitar 3 bulan.
“memang kalau ekonomi stabil iuran listik yang rata-rata sekitar Rp. 100 ribu tidak terlalu masalah bagi kami, tapi saat ini penghasilan tidak ada, untuk itu kami sangat mengharapkan pemerintah terlebih PLN untuk memutihkan tunggakan iuran listrik kami”pintanya.