SUMUTBERITA.COM, Medan – Kalangan mahasiswa dan pemuda di Medan menggelar acara Ngobrol Politik Milenial Humbang Hasundutan bertema, ‘Mencari Pemimpin yang Tepat Demi Perubahan Humbang Hasundutan yang Lebih Baik’ di Kopi Tongat, Jalan Setiabudi Medan, Kamis (20/11/2019).
Para milenial ini mulai bersuara menyikapi situasi Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) menjelang perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak tahun 2020 mendatang.
Hadir sebagai pembicara yakni Eks Ketua Persatuan Mahasiswa Humbahas (Permatan), Erwin Tamba; Putra Papatar (Pakkat, Parlilitan dan Tarabintang), Baginda Manalu; Aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Supriady Purba; dan moderator diskusi, Bobby Munte.
Acara ini menggali potensi termasuk calon pemimpin yang memungkinkan untuk membawa Kabupaten Humbahas ke arah yang lebih baik. Para pembicara menyampaikan pandangan dan rekomendasi yang akan menjadi catatan Kabupaten Humbahas di Pilkada 2020.
Dalam paparannya, Putra Papatar Baginda Manalu menyampaikan pentingnya mahasiswa dan pemuda dalam memberikan atensi serius mengenai kondisi Kabupaten Humbahas yang nantinya dapat dijadikan sebagai diskursus, khususnya dikalangan milenial.
Dalam diskusi ini, ia menyoroti masalah infrastruktur khususnya di daerah Papatar yang dinilai masih sangat memprihatinkan. “Kita ketahui bersama, saat ini banyak jalan yang penghubung antar desa masih tidak layak untuk dilalui kendaraan, termasuk persoalan tanah ponggol yang belum tuntas hingga kini,” ungkap Baginda.
Menurutnya, hal ini sangat disayangkan karena berdampak pada melemahnya ekonomi masyarakat. Ia juga menuding pemerintah tidak tegas dan lamban mengambil kebijakan ataupun alternatif guna memudahkan akses kendaraan. “Pemkab Humbahas yang dipimpin oleh Dosmar Banjarnahor gagal dalam hal pembangunan di Papatar,” kecamnya.
Eks Ketua Permatan, Erwin Tamba menegaskan sependapat dengan hal itu. Ia mengaku tidak lagi mempercayai Pemkab Humbahas. Menurutnya, pemerintah saat ini tidak pernah merangkul suara mahasiswa. Ia menuding, mahasiswa hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu politik menjelang Pilkada.
Ia turut mengisahkan pengalaman pahitnya saat masih menjabat sebagai Ketua Permatan. Saat itu, ia berharap dapat berdialog secara langsung dengan Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor terkait persoalan yang ada di daerah tersebut. “Namun, tiga kali kita melayangkan surat permohonan dialog, tidak pernah diindahkan,” jelasnya.
Ketua Himpunan Masyarakat Batak Toba (Himabato) Universitas Katolik Santo Thomas Medan, Roy Simamora menambahkan, kegelisahan yang saat ini dirasakan masyarakat Humbahas, turut ia rasakan. Sebagai pemuda dan mahasiswa Kota Medan, ia mengaku masih mengingat tagline politik “Humbahas Hebat” milik Dosmar Banjarnahor saat berkampanye di Pilkada 2015 lalu.
“Narasi itu berisi tentang visi dan misi serta program kerja beliau saat kampanye ditengah-tengah masyarakat saat itu. Namun, setelah menjabat kurang lebih 4 tahun, tagline tidak berarti. Dengan segala potensi daerah yang dimiliki, siapa sangka Humbahas masuk dalam predikat daerah tertinggal,” ungkap Roy.
Menurutnya, ini sesuai data Bappeda mengenai desa tertinggal di Sumatera Utara sebanyak 2.164 desa yang tersebar di 306 kecamatan dari jumlah 25 kabupaten, salah satunya yakni Kabupaten Humbahas. Ia mengungkap, sekitar 66 desa yang tersebar di beberapa kecamatan, masuk dalam status daerah tertinggal.
Salah seorang peserta, David Debata Raja mengaku menyayangkan potensi besar Humbahas tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah daerah. Terlebih, disaat Humbahas masih sangat membutuhkan pembangunan, pemerintah justru tidak mampu mengelola anggaran senilai Rp14 miliar bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK), hingga akhirnya dana itu kembali ke pusat.
“Dari contoh kecil diatas, maka kalangan milenial Humbahas menyepakati bahwa “Humbahas Hebat” hanya slogan kosong. Untuk itu, kami menilai jika Humbahas membutuhkan figur bakal calon bupati yang mampu mengelola daerah dengan baik dan optimal, sehingga dapat berjaya dan keluar dari predikat daerah tertinggal,” tegas David.
Dihadiri sebanyak 50 orang lebih pemuda dan mahasiswa lintas kampus seperti ITM, USU, Unimed, Budi Darma, UMA, Nommensen, UISU, Pancabudi, Darma Agung, Unika Santo Thomas, UINSU, Methodist dan UNPRI, forum ini juga menginginkan pemimpin yang mengerti tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan benar.
Disesi terakhir, diskusi ini memunculkan nama Barita Purba SH MH sebagai sosok yang mampu membawa perubahan untuk Humbahas yang lebih baik. Ya, Barita Purba merupakan putra asli Humbahas yang pernah ikut menghadirkan Kejuaraan Tinju Nasional di Lapangan Merdeka Dolok Sanggul guna menumbuhkan semangat olahraga di Humbahas.
Vrans Basten Sianturi selaku pegiat olahraga mengungkapkan sudah banyak mengetahui latar belakang Barita Purba. Menurutnya, Berri, sapaan Barita Purba, termasuk sebagai tokoh dan politisi yang sukses di ibukota negara, yang dimiliki Humbahas.
“Salut dan respect kepada Barita Purba. Disamping sebagai pengurus organisasi besar di DKI Jakarta, beliau juga merupakan pengurus Artis Batak Indonesia. Setelah mengikuti visi dan misinya dari sejumlah media, menurut kami, kesederhanaannya akan mendukung perubahan Humbahas,” tutur Vrans.
Ia menjelaskan, Barita Purba memiliki visi yakni, “Terwujudnya masyarakat Humbang Hasundutan yang maju, berkeadilan dan sejahtera”. Dalam penjabarannya, kata dia, Barita Purba mengerti dunia infrastruktur yang dibutuhkan Humbahas serta peluang pemuda untuk meningkatkan kreativitas dan olahraga.
“Atas dasar latar belakang dan prestasi, kami meyakini Barita Purba mampu menuntaskan persoalan Humbahas. Untuk itu, melalui forum ini, kedepan kita merencanakan akan bertemu langsung dengan Barita Purba untuk menyamakan pemahaman beliau dengan mahasiswa tentang pembangunan Humbahas,” tutupnya.
- DAMAI KARUNIA HIA