TANAH KARO – SUMBER
Puluhan warga pengungsi erupsi Gunung Sinabung asal empat desa diantaranya Desa Guru Kinayan, Berastepu dan Kuta Tonggal dan Gamber, menggelar aksi damai di halaman parkir Mapolres Karo, Sabtu (23/07/2016) petang.
Aksi damai ini dilakukan untuk meminta perlindungan dan menjamin keselamatan mereka dari segala kemungkinan buruk yang bakal terjadi akibat proses ‘panas’ atas rencana relokasi mandiri tahap kedua. Warga meminta kepada Kapolres Karo AKBP Pangasian Sitio untuk menegakkan hukum secara adil dan transparan di Karo.
“Kami merasa tidak aman dan nyaman lagi. Kami diintervensi dan diancam oleh oknum-oknum tertentu. Mereka mendatangi kami dan meminta agar kami tidak memilih Desa Lingga sebagai lokasi relokasi untuk hunian tetap (huntap),” teriak ibu-ibu tua renta sambil menangis di halaman Polres Karo.
Beberapa saat usai menyampaikan aspirasinya kepada sejumlah personel polisi yang menghalau mereka di pintu masuk Polres Karo, akhirnya sejumlah perwakilan pengungsi diminta untuk masuk agar dilakukan dialog langsung bersama Kapolres Karo AKBP Pangasian Sitio.
Sekitar setengah jam melakukan dialog, sejumlah perwakilan pengungsi kembali ke halaman parkir Polres Karo. Kabag Ops Polres Karo Kompol Aswat Tarigan yang menemui para pengungsi menyatakan, pihaknya akan menjamin keselamatan setiap warga termasuk pengungsi asal empat desa tersebut.
Dikatakan, pihaknya juga akan memproses segala tindakan yang telah menyalahi aturan dan perundang-undangan yang berlaku, apalagi sifatnya meresahkan masyarakat. “Meski demikian, ada proses hukumnya, tidak boleh asal asalan dan mengebu-gebu. Mohon bersabar,” jelas Aswat.
Lebih lanjut dikatakan, pihaknya akan mendirikan pos pengamanan di lokasi sekitar lahan yang dipilih warga untuk relokasi mandiri hingga ke kawasan simpang Desa Lingga. “Akan kita dirikan pos disana untuk mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal buruk. Pos itu akan dijaga personel kita agar warga merasa aman,” kata dia diiringi pembubaran diri pengungsi.
Sementara, informasi yang diperoleh SUMUTBERITA, Sabtu (23/07/2016), aksi damai yang dilakukan warga pengungsi asal empat desa tersebut diduga sebagai buntut terjadinya bentrok antara dua kelompok warga, Jumat (22/07/2016) malam hingga Sabtu (23/07/2016) dinihari.
Menurut sejumlah warga di sekitar lokasi, peristiwa itu terjadi mulai dari simpang Desa Lingga hingga ke sekitar lokasi lahan yang dipilih warga pengungsi untuk lahan huntap mereka. Dijelaskan, dua unit truk yang dipenuhi rombongan warga, malam itu melintas di sekitar lokasi.
Entah siapa yang memulai. Setahu bagaimana, tiba-tiba rombongan warga tersebut terlibat bentrok dengan kelompok warga lainnya yang hingga kini belum diketahui identitasnya. Aksi lempar-lemparan batu hingga pengrusakan sejumlah kendaraan disebut-sebut mewarnai insiden malam itu.
“Ya, semalam ada bentrok di sekitar lokasi itu. Bunyi-bunyi lemparan yang cukup keras juga ada, bahkan kabarnya menggunakan bom molotov. Tapi aku tidak tau secara pasti, apa penyebab dan siapa yang bentrok itu. Karena aku lebih memilih diam di rumah daripada melihat keributan itu. Suasananya sangat mencekam,” kata seorang kakek di sekitar simpang Desa Lingga.
-
PARDI SIMALANGO