53.391 Hektar Tanaman Pertanian Rusak Akibat Abu Vulkanik Sinabung

banner 468x60
TANAH KARO – SUMBER
Redaktur SUMUTBERITA.com, Pardi Simalango ST ketika mengamati lahan pertanian warga yang terkena abu vulkanik Gunung Sinabung beberapa waktu lalu. SUMBER/dok
Redaktur SUMUTBERITA.com, Pardi Simalango ST ketika mengamati lahan pertanian warga yang terkena abu vulkanik Gunung Sinabung beberapa waktu lalu. SUMBER/dok

Akibat terjadinya erupsi Gunung Sinabung sejak 2010 lalu, tercatat 53.391,01 hektar (Ha) tanaman pertanian, rusak akibat diterpa abu vulkanik yang meliputi 14 kecamatan di Karo.

Kawasan yang paling terdampak meliputi 4 kecamatan yakni Kecamatan Payung, Naman Teran, Tiganderket dan Simpang Empat.

banner 336x280

Keterangan yang diperoleh SUMUTBERITA dari Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo Munarta Ginting SP melalui Kasi Data Berty br Tarigan mengatakan, sejak 7 Maret 2014 terdata 53.391,01 Ha tanaman pertanian rusak akibat abu vulkanik Sinabung.

Dikatakan, beberapa jenis tanaman yang rusak terdiri dari tomat, cabai, kentang, kol, sayur-sayuran, kopi, kakao dan lainnya.

“Sesuai data, 4 dari 14 kecamatan yang terkena dampak paling parah yakni Kecamatan Payung 4.185,84 Ha, Naman Teran 4.130,8 Ha, Simpang Empat 2.417,72 Ha dan Tiganderket 1.818,75 Ha. Hal ini membuat warga kehilangan mata pencaharian dan mengalami kerugian cukup besar,” kata Munarta.

Sementara, salah seorang petani, J. Singarimbun (65) warga Kecamatan Tiganderket mengatakan, sejak terjadinya erupsi Gunung Sinabung yang berkepanjangan, berbagai jenis tanaman telah ia tanam untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

“Mau tidak mau, aku harus berusaha meminjam modal untuk menanam tanaman seperti tomat dan cabai hingga panen. Namun, saat tanaman tomatku mulai tumbuh subur dan sehat, langsung diguyur abu vulkanik, sehingga tanam-tanamanku rusak,” keluh Singarimbun.

Disamping itu, kata dia, meskipun ada buah tomat yang tidak terkena abu vulkanik dan berhasil di panen, namun hasilnya tidak memuaskan dan harganya juga murah. Akibatnya, ia mengalami kerugian yang cukup besar mencapai puluhan juta rupiah.

Dikeluhkan, beberapa kali menanam tomat dan cabai namun terus mengalami kerugian, membuat dirinya kehabisan modal. Meski demikian, ia tetap memutar otak. Ia mencoba menanam padi diatas areal 1.200 meter persegi.

“Kalau padi yang ditanam, dalam umur 100 hari sudah bisa dipanen. Akan tetapi, ketika dipanen buah padi itu juga jauh dari harapan. Hanya cukup untuk buat stok makan dua bulan saja,” keluhnya lagi.

Untuk itu, ia berharap agar Pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo maupun penyuluh pertanian lapangan, untuk membuat program bagaimana cara menetralisasi tanah yang terkena abu vulkanik.

“Belakangan ini tanaman pertanian tumbuh tidak sempurna dan mengalami penyakit keriting daun. Hal ini mungkin disebabkan struktur tanah terlalu banyak mengandung zat asam akibat abu vulkanik. Pemerintah harus memperhatikan ini,” harap dia.

  • PARDI SIMALANGO
banner 336x280