TANAH KARO – SUMBER
Pasca meletus pada September 2013 lalu, hingga kini Gunung Sinabung belum juga menunjukkan penurunan aktifitas. Bahkan, bencana yang ditimbulkan telah memakan korban jiwa.
Ribuan penduduk yang tinggal di lingkaran Sinabung, juga terpaksa di relokasi. Sedangkan sisanya masih berada di 9 titik posko pengungsian dan masih menyewa rumah.
Guna mengantisipasi agar tidak terjadi lagi korban jiwa, pemerintah pusat dalam hal ini Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB), akan menyiapkan infrastruktur pengamanan evakuasi.
Infrastruktur itu berupa tiang bertombol (alarm), fungsinya sebagai alat deteksi dini yang dipasang di lokasi pemukiman penduduk di kawasan lingkar Sinabung. Jika tombol ditekan, seluruh tiang bertombol ditempat lain akan turut mengeluarkan suara peringatan dini atau early warning system.
“Peringatan dini itu sangat membantu proses evakuasi penduduk. Dengan adanya alarm, kapanpun warga harus siap jika tiba-tiba dievakuasi. Nanti kita akan rapatkan berapa anggaran yang akan diturunkan soal penyediaan alarm itu,” ujar Kepala BNPB RI Willem Rampangilei usai meninjau lokasi banjir lahar dingin di Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Rabu (11/05/2016).
Dijelaskan, sistem peringatan dini merupakan serangkaian sistem untuk memberitahukan akan timbulnya kejadian alam. Dapat berupa bencana, maupun tanda-tanda alam lainnya. Peringatan dini pada masyarakat atas bencana, merupakan tindakan memberikan informasi dengan bahasa yang mudah dicerna dan cepat mengantarkan informasi ke masyarakat.
“Semakin dini informasi yang disampaikan, semakin longgar waktu bagi penduduk untuk meresponnya. Untuk itu, pemerintah daerah juga jangan lengah menghadapi bencana alam,” pintanya.
Sementara, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB DR. Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, saat ini ada ada 50 juta kubik material yang berada pada kubah Gunung Sinabung. Material itu kapan saja bisa runtuh. Menurutnya, ini masih material lama dan perlu diantisipasi. Apalagi kubah lava terus tumbuh karena suplay magma terus terjadi.
Dijelaskan, aktivitas Gunung Sinabung yang fluktuatif masih tinggi ini belum akan berhenti dalam waktu dekat.
“Seperti yang dinyatakan Surono, bahwa erupsi Sinabung diprediksikan memakan waktu minimal 5 tahun. Untuk itu, pemerintah harus bersiap-siap. Perlu dikaji sistem peringatan dini untuk lahar dingin seperti yang terjadi di Merapi. Sehingga dengan ada sistem ini, peringatan dapat langsung sampai kepada petugas,” pungkasnya.
Untuk itu, kata dia, saluran komunikasi harus diperkuat. Selain itu, akan dibuat sabuk Sinabung yaitu sabuk komunikasi dan pelaporan sehingga masyarakat siap menghadapi bencana.
“Ancaman bencana lahar dingin di sekitar Sinabung makin meningkat, seiring dengan bertambahnya material piroklastik produk erupsi Gunung Sinabung sejak Agustus 2010 hingga sekarang. Diperkirakan ada 50 juta meter kubik material piroklastik di Gunung Sinabung yang siap menjadi lahar dingin saat hujan di puncak gunung,” tutupnya.
-
PARDI SIMALANGO