Kadis PUD Karo : Jalur Evakuasi Antara Batu Karang – Singgamanik Segera Diperbaiki

TANAH KARO – SUMBER
Kondisi jalur evakuasi yang menghubungkan Desa Batu Karang dan Desa Singgamanik rusak berat. SUMBER/pardi simalango
Kondisi jalur evakuasi yang menghubungkan Desa Batu Karang dan Desa Singgamanik rusak berat. SUMBER/pardi simalango

Jalur evakuasi pengungsi Sinabung antara Desa Batu Karang, Kecamatan Payung dan Desa Singgamanik, Kecamatan Munte, kondisinya rusak parah.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo melalui Dinas Pekerjan Umum Daerah (PUD) Karo berjanji akan segera memperbaiki.

“Jalur penghubung kedua desa tersebut sangat strategis sebagai jalur alternatif bagi empat kecamatan di Karo yakni Kecamatan Tiga Binanga, Juhar, Lau Baleng dan Mardinding,” jelas Kepala Dinas PUD Karo, Ir. Paten Poerba kepada SUMUTBERITA melalui selulernya belum lama ini.

Menurutnya, fungsi jalur evakuasi itu bukan hanya bermanfaat bagi kedua desa itu saja, namun sangat membantu pengendara di Jalan Rakoetta Brahmana (Jalan Nasional) penghubung Kabanjahe – Tiga Binanga.

“Jika sewaktu-waktu jalan tersebut mengalami kerusakan, jalur yang saya sebutkan tadi sangat mungkin dilalui untuk transportasi dari empat kecamatan, juga Kabupaten Aceh Tenggara NAD. Apa yang menjadi harapan masyarakat akan kita penuhi,” kata dia.

Dikatakan, jalur evakuasi tersebut juga dapat untuk mempersingkat jarak tempuh antara Medan menuju Aceh Tenggara.

“Setelah dipantau ke lapangan, tenyata jalur evakuasi tersebut sudah sangat mengkhawatirkan. Jalur itu segera kita perbaiki, agar dapat digunakan oleh masyarakat sekitar,” pungkasnya.

Lebih lanjut dikatakan, mengingat situasi erupsi gunung Sinabung yang sampai saat ini masih terus menunjukkan aktifitas, pihaknya menilai sangat perlu untuk memperbaiki jalur evakusi tersebut.

Karena, kata dia, apabila masyarakat juga terhambat melintas dari Desa Batu Karang menuju Kecamatan Simpang Empat, satu-satunya jalur yang dapat dilalui yakni jalur evakuasi itu.

“Bupati Karo terpilih, Terkelin Brahmana juga telah menginstruksikan kepada Dinas PUD Karo agar jalur evakuasi itu sesegera mungkin diperbaiki, sehingga layak untuk dilintasi,” kata Paten.

Sementara, menurut keterangan warga Desa Batu Karang, jalan alternatif itu sudah lebih 10 tahun tidak diperbaiki. Selain sempit dan berlobang-lobang, jalan tersebut sangat rawan longsor.

“Di beberapa titik juga sudah terlihat amblas. Demikian juga jembatan Kite Buah sedalam sekitar 50 meter. Ini harus diperbaiki, mengingat jembatan itu sudah tua dan belum pernah diperbaiki. Jembatan ini tidak layak lagi,” ujar Rekro Tarigan (48) warga Desa Batu Karang.

Hal senada diutarakan oleh Yakin Bangun (64) warga Desa Batu Karang. Dikatakan, jalur evakuasi ini menyimpan sejarah berharga bagi masyarakat Karo, khususnya bagi mereka warga Desa Batu Karang.

Dikatakan, jalan itu dulunya adalah jalan gerilya. Menurutnya, ia masih ingat, tahun 1949 jembatan itu sudah ada. Jembatan itu sudah sangat berumur, yang dibangun oleh para penjajah negeri ini salah satunya tentara Jepang.

“Dibangun oleh Jepang, tapi pekerjanya orang Indonesia. Dengan melaksanakan Rodi (kerja paksa), masyarakat kita banyak menjadi korban saat pembangunan jembatan Kite Buah,” ungkap Bangun.

Ia menyebut, bagian bawah penahan jembatan itu sudah mengalami karat dan rawan ambruk. Terlebih, jembatan tersebut sudah cukup tua dan tidak pernah tersentuh perbaikan. “Jangan setelah ‘makan’ korban baru pemerintah sibuk,” cetusnya.

Berdasarkan amatan SUMUTBERITA, jalan tersebut memiliki panjang sekitar 5 Km dan lebar 2,5 meter. Dikhawatirkan, sedikitnya 8 titik bekas longsor dan 5 titik lainnya rawan amblas.

Disamping itu, rumput liar di kiri dan kanan jalan hampir menutupi sebagian badan jalan. Rambu-rambu jalan juga tidak terlihat. Padahal, di lokasi terdapat jurang sedalam 50-90 meter dari sungai Lau Biang. Jalan tersebut sangat riskan bagi pengendara yang tidak pernah melintas dari kawasan tersebut.

  • PARDI SIMALANGO