Benih Tomat Cap Menara Bermasalah, Pengusaha Dituding Pembohong

banner 468x60
TANAH KARO – SUMBER
Sugianto saat melakukan protes ke pengusaha pembibitan K. Surbakti di simpang Ujung Aji Berastagi. SUMBER/pardi simalango
Sugianto saat melakukan protes ke pengusaha pembibitan K. Surbakti di simpang Ujung Aji Berastagi. SUMBER/pardi simalango

Petani di Karo mulai mengeluhkan kualitas benih tomat pabrikan merek cap Menara (Panah Merah).

Ketidaksesuaian antara hasil dengan paket promosi produk, ditengarai jadi alasan petani lakukan protes ke pengusaha pembibitan K. Surbakti di simpang Ujung Aji Berastagi, Jumat (29/04/2016). Pemerintah diharapkan memonitoring kualitas bibit di pasaran.

banner 336x280

Menurut Sugianto Ginting Munte, warga Desa Cinta Rayat (Jumaraja-red), Kecamatan Merdeka, kepada SUMUTBERITA menyebutkan, buruknya kualitas benih tomat cap Menara (Panah Merah) sudah diketahui sekitar satu bulan lalu.

“Saya sudah belasan tahun menanam tomat, tidak pernah saya temui benih (Menara) seburuk ini. Bisa dibayangkan, dalam satu tangkai cuma jadi satu atau dua buah, yang lain bahkan sama sekali tidak berbunga sebagai cikal buah,” ujarnya di areal pertaniannya sehari sebelumnya.

Hal ini tentu bagi Sugianto menyesakkan, karena dirasakan tidak sesuai dengan barang contoh yang disampaikan oleh pengusaha pembibitan K. Surbakti sewaktu melakukan pembelian.

Menurutnya, saat akan membeli benih itu sebelumnya, ia diperlihatkan kualitas hasil tomat cap Menara yang sangat bagus oleh pengusaha.

“Tapi saat kutanam hasilnya bisa dilihat sendiri. Ini kan namanya pembohongan, aku berfikir contoh hasil tanaman tomat yang ditunjukkan samaku di dalam foto juga dipertanyakan. Karena setelah kukonfirmasi ke ladang seperti di gambar itu, dia tidak pernah berhubungan dengan cap Menara (Panah Merah) atau K. Surbakti,” tambahnya.

Menurutnya, dirinya telah berusaha mencari jalan keluar kepada pihak pengusaha pembibitan dan pihak perusahaan cap Menara mengingat bibit yang ia beli berkisar 6.000 batang. Namun, hingga kini tidak ada alasan yang masuk akal yang ia terima.

“Aku malah disalahkan soal pemupukan dan pemberian zat lain di tanamanku. Bukan baru kali ini aku jadi petani, untuk ukuran pemakaian obat-obatan sudah sesuai kebutuhan tomat yang kutanam. Yang aneh, pihak perusahaan cap Menara yang datang ke ladangku malah bicara soal hama yang tak nampak,” kesalnya.

Senada dengan pihak benih tomat cap Menara, pihak pembibitan juga dirasakan tidak memenuhi tanggung jawabnya pada konsumen. Menurutnya, ini dapat dibuktikan dengan tidak mengambil open atas persoalan bibit asalnya yang kini bermasalah.

“Waktu itu setelah di komplain, aku hanya ditawarkan mendapat ganti kerugian sekitar 400 ribu rupiah, ini kan namanya sama saja menyepelekan. Kita sudah keluarkan modal yang tidak sedikit untuk menanam tomat itu lho,” kata Sugianto lagi.

Sementara itu, Ramasi Agustin Saragih selaku Product Promotor PT. East West Seed Indonesia sebagai perusahaan benih tomat cap Panah Merah (Panah Merah) mengaku jika persoalan Sugianto sebenarnya telah disampaikan. Bahkan, mereka telah melakukan kunjungan ke ladang tomat milik Sugianto.

“Ini karena faktor penggunaan obat-obatan yang mungkin kurang tepat saja, di tempat lain itu tidak terjadi,” ujarnya enteng.

Sementara, Rukita br Sembiring selaku pengusaha pembibitan K. Surbakti, ditemui di lokasi pembibitan, Sabtu (30/04/2016) menyebutkan, atas kerugian yang dialami oleh Sugianto, pihaknya hanya akan mengganti rugi sebatas benih saja.

“Kerugian yang diganti hanya benih saja. Kalau kerugian yang lain-lain kita tidak tahu, terlebih benih tomat dengan merk Menara sudah teruji selama 4 tahun. Kok tiba-tiba dia bilang benih kami tidak sempurna. Yang lain saja nggak ada yang mengeluh. Coba dia tanya ke pelanggan lainnya,” ujar Rukita.

  • PARDI SIMALANGO

banner 336x280