Mahrizal : Kalau Aku Nggak Loncat, Pasti Aku Meninggal Juga..!!!

TANAH KARO – SUMBER
Salah satu korban luka bakar, Mahrizal Yunus saat mendapatkan perawatan di RS Efarina Etaham Berastagi. SUMBER/pardi simalango
Salah satu korban luka bakar, Mahrizal Yunus saat mendapatkan perawatan di RS Efarina Etaham Berastagi. SUMBER/pardi simalango

Tujuh orang dari 13 korban luka bakar terkait peristiwa kecelakaan di areal terowongan PLTA yang dikelola PT. Wampu Elektric Power (WEP) Desa Rih Tengah, Kec. Kutabuluh, Kab Karo, Rabu (24/2) kemarin kini menjalani rawat inap di RS Efarina Etaham.

Ketujuh korban diantaranya Sadam (20) dan Doli F. Sialagan alias Panjang (23) keduanya warga Siantar, Erwin Syahputra (31) warga Tanjung Morawa, Ramadan Berutu (21) warga Desa Rih Tengah, Didit Pradana (23), Dermansyah Tanjung (25) dan Mahrizal Yunus (25) ketiganya warga Tebing Tinggi.

Tiga dari tujuh orang korban akan menjalani operasi akibat menderita luka yang cukup serius. Ketiganya yakni Dermansyah Tanjung, Didit Pradana dan Sadam.

Keterangan yang diperoleh dari salah satu korban luka yang sempat ditemui wartawan di salah satu ruangan di RS Efarina Etaham, Mahrizal Yunus mengungkapkan kejadian tersebut begitu cepat terjadi.

Menurutnya, ketika ia bersama rekan-rekannya sedang bekerja di bawah terowongan dan hendak naik ke atas, tiba-tiba ada yang meledak seperti gas entah darimana.

“Aku terlempar, dan kawan-kawan semua masih diatas. Nah, itu yang meninggal semua. Setelah itu langsung aku loncat ke sungai karena sekujur tubuh sudah terbakar akibat sumber api. Kalau aku nggak loncat, pasti aku meninggal juga. Sementara, teman-teman yang lain nggak sempat lagi kuselamatkan,” ungkap Mahrizal.

Sementara, keterangan yang diperoleh dari dokter Anestesi RS Efarina Etaham, dr. Husnul Sp.An, Kamis (25/2), tujuh pekerja proyek pembangunan PLTA yang dikelola oleh PT. WEP yang selamat dari insiden ledakan masih menjalani perawatan intensif, dimana tiga dari tujuh korban kondisinya masih kritis.

Dikatakan, tiga orang korban masih ditempatkan di ICU, karena kondisinya cukup kritis dan mengalami luka bakar sangat serius dengan besaran luka mencapai 90 persen lebih.

“Untuk empat orang korban lainnya, meski sudah melewati masa kritis, kondisinya juga cukup memprihatinkan setelah selesai menjalani pembersihan luka bakar. Proses pemulihan korban terbilang tidak mudah dikarenakan mengingat tingginya efek luka bakar yang dialami masing-masing korban,” terangnya.

Sedangkan untuk enam korban meninggal dunia yang sempat dibawa ke RS Efarina Etaham, saat ini telah diserahkan ke pihak keluarga masing-masing yang umumnya berasal dari sejumlah daerah di Provinsi Sumatera Utara.

  • PARDI SIMALANGO