Rupiah Gak Stabil, Bisnis Batu Akik di Madina Lesu

banner 468x60

PANYABUNGAN – SUMBER

Sejak 3 bulan terakhir bisnis batu akik di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) makin lesu. Dibuktikan banyak pedagang maupun pengasah batu itu sudah gulung tikar alias tutup. Kini hanya tinggal beberapa saja yang masih bertahan.

banner 336x280

Padahal sebelumnya, demam batu cincin sangat meriah di daerah itu ditandai dengan menjamurnya unit–unit penjual dan tukang asah batu akik diberbagai sudut Madina. Tertutama di Kota Panyabungan sebagai ibu kota kabupaten. “Demam batu akik hanya bertahan sekitar satu tahun saja dan sekarang ini sudah lesu,” ujar Ucok Lubis penjual batu cincin kepada Batak Pos Bersinar, Kamis (8/10).

akikDia mengatakan, tidak mengetahui secara persis penyebab memudarnya pecandu batu akik itu di Madina. Sekarang ini sudah banyak pedagang yang menutup usahanya akibat sulitnya menjual batu akik. “Pada masa jayanya, biasanya setiap pagi saya baru buka sekitar pukul 09 WIB, peminat sudah pada kumpul. Ada yang ngasah, ada yang beli bahan batu, hingga ada yang beli batu jadi,” ungkapnya.

Waktu itu biasanya, ujar Ucok, omset usaha saya bisa mencapai Rp1 juta per harinya hanya upah mengasah batu akik. “Jika batu akik terjual 1 batu akik
jenis batu giok pastap bisa terjual Rp500 ribu,” imbuhnya.

Rusdi Btr salah satu kolektor batu akik mengatakan, masa kejayaan batu akik di Madina sudah hilang. Padahal berbagai jenis batu sudah muncul di pasaran
asal Mandailing Natal seperti giok pastap, pirus morsip dan jenis lainnya.

“Namun itu hanya bertahan sekitar 1 tahun saja, kalau kita perhatikan di berbagai daerah lainpun batu akik juga sudah mulai sepi peminatnya. Saya melihat penyebab di Madina akibat menurunnya pereknomian masyarakat karena harga komoditi juga turun pada akhirnya melemahkan daya beli masyarakat. Begitu pun kita melihat sewaktu – waktu demam batu akik bisa bergairah kembali,” ujarnya.

  • PENDI
banner 336x280