Korban Longsor Satu Keluarga Dimakamkan

banner 468x60

LAPORAN : PARDY SIMALANGO – TANAH KARO

Prosesi acara adat Batak saat jelang pemakaman korban longsor diwarnai isak tangis keluarga korban.
Prosesi acara adat Batak saat jelang pemakaman korban longsor diwarnai isak tangis keluarga korban.

Peristiwa hujan deras disertai banjir yang menerpa pemukiman warga di Kota Berastagi, Sabtu (30/11) mulai pukul 17.00 Wib hingga pukul 21.30 Wib, yang memakan korban jiwa diantaranya ibu muda bernama Leni Wulan Sari (20) dan bayinya bernama Ikmal (2,5) warga Lembah Kemakmuran, Dusun Kolam Renang, Kecamatan Berastagi.

banner 336x280

Disamping itu, hanya beberapa setelahnya, kejadian yang sama juga menimpa satu keluarga di kaki Bukit Gundaling, tepatnya di tepi Jalan Lingkar Kaliaga tembus Jalan Udara, Lingkungan II, Kelurahan Gundaling II, Kecamatan Berastagi, menewaskan 6 orang terdiri dari opung, anak dan cucu yang mendiami dua rumah berbeda.

Saat dilakukan evakuasi malam itu, warga berhasil menemukan jasad korban yakni Maruli Silaban (65) dan istrinya S br Nababan (60). Tak hanya itu, korban juga menemukan anak dari pasangan tersebut yakni Marolop Silaban (25), Liprang br Silaban (24). Timbunan longsor itu juga turut menewaskan anak dari Liprang br Silaban, Bella br Manik (5), Ucok alias Junedi Pardangolan Manik (3).

Setelah disemayamkan di rumah keluarganya di Jalan Samura, Gang Madu, Kabanjahe, keenam korban tersebut akhirnya dimakamkan di pemakaman umum Komplek Perumahan Korpri, Kecamatan Berastagi, setelah sebelumnya dilaksanakan acara prosesi adat Batak oleh keluarga.

Isak tangis keluarga tampak pecah saat pelaksanaan prosesi adat tersebut, Senin (2/12) sekira pukul 10.00 Wib. Seluruh keluarga korban mengaku tidak menyangka akan terjadinya peristiwa yang menimpa keenam korban tersebut.

Disela-sela pelaksanaan prosesi adat, seperti yang telah diberitakan sebelumnya, korban selamat bernama Daniel Fernando Sijabat (16) menuturkan beberapa kronologis kejadian yang ia ketahui. Dikatakannya, saat detik-detik peristiwa itu, sebelumnya ia mendengar suara gemuruh dari belakang rumah.

“Waktu itu aku lagi makan, ku dengar suara gemuruh, langsung ku buang piringku, terus lari aku keluar dari rumah. Sempat juga aku tersorong longsoran tanah itu, makanya posisiku saat itu sudah diatas gundukan tanah longsor, makanya aku bisa selamat dan langsung aku minta tolong. Mungkin ini mukjizat tuhan,” ungkapnya sambil meneteskan air mata.

Sementara keenam korban, katanya, saat itu sedang beristirahat sembari berbaring di ruang tamu. Ketika terjadi longsor tersebut, seluruh korban tak dapat menyelamatkan diri. “Orang opung sama abang itu semua ada yang lagi golek-golek, abang lagi nelpon, adek nonton TV, itu makanya gak sempat lagi orang itu lari,” sambungnya.

Pengakuan Daniel bahwa abang (Marolop Silaban) lagi nelpon, dikuatkan oleh salah seorang keluarga korban. Dikatakannya, bahwa pada saat melakukan evakuasi, jenazah Marolop Silaban ditemukan dalam posisi nelpon. “Gak tahu aku entah sama siapa dia nelpon itu, ataukah sama pacarnya entah sama siapa, sedih kali aku ngelihatnya,” ujarnya sembari meminta identitasnya tidak ditulis.

banner 336x280